Rabu, 18 September 2013

SEJARAH BULUTANGKIS INDONESIA

SEJARAH BULUTANGKIS INDONESIA

Tonggak Sejarah Prestasi Bulu Tangkis Indonesia (Thomas Cup 1958) 1326791435764691514 Sejenak mengenang sejarah prestasi bulutangkis Indonesia di dunia, maka tak lepas dari ferry Sonnevil , Tan Joe Hok, Njo kiem Bie, Tan King Gwa dan Eddy Jusuf, mungkin nama tersebut agak asing, apalagi untuk generasi muda saat ini. Tapi dari tangan merekalah tonggak penting prestasi bulutangkis Indonesia ditancapkan. Mereka adalah pemain Indonesia saat merebut Thomas Cup yang pertama kali pada tahun 1958. INDONESIA JUARA DUNIA Datang sebagai negara yang tidak diperhitungkan dalam peta kekuatan bulutangkis dunia saat itu, Indonesia telah membuat kejutan dengan mengalahkan Denmark 6-3 dan Muangthai 8-1 di babak interzone dan berhak melawan malaya yang telah menunggu sebagai juara bertahan di babak challenge round. Pada saat sebelun undian pertandingan dilangsungkan pada tanggal 12 Juni 1958 sore hari di Ocean Park Hotel, dimana pemain-pemain Indonesia menginap selama interzone dan Challenge round Thomas Cup, Indonesia merubah susunan salah satu pemain gandanya, Indonesia menggantikan Lie Po Djian dengan Ferry Sonnevil. Hasil Undian lengkap antara Indonesia Vs Malaya adalah sebagai berikut: Malam pertama tanggal 14 Juni 1958: Single : Ferry Sonneville Vs Eddy Chong Tan Joe Hok Vs The Kew san Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Johny Heah/Lim Say Hup Ferry Sonnevile/Tan Joe Hok Vs Oei Teik Hock/Eddy Chomg Malam Kedua, tanggal 15 juni 1958 Single : Tan Joe Hok Vs Eddy Chong Ferry Sonnevile Vs the Kew san Eddy Jusuf Vs Abdullah Piruz Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Oei Teik Hock/Eddy Chong Ferry Sonneviile/tan Joe Hok Vs Johny heah/Say Hup Telah ditetapkan, bahwa semua pertandingan akan dipimpin oleh wasit-wasit Malaya, sedang hakim garis dan service judge diisi oleh pemain dan offisial dari Denmark, Muangthai dan Amerika Serikat. Semua wartawan dan pengamat bulutangkis malaya dan singapura sepakat untuk menjagokan malaya kembali juara, semua kemenangan Tan Joe Hok betapa cemerlangpun dianngap belum begitu berarti untuk dapat menandingi mantan juara dunia Eddy Chong. Akan tetapi ferry Sonneville membuktikan kembali kepada dunia, bahwa ia memang lebih kuat daripada Eddy Chong, bekas juara All England beberapa tahun berturut-turut(1953, 1954, 1956, 1957) dan merupakan harapan rakyat Malaya. Ferry membawa Indonesia Menang 3-1 di malam pertama. Hasil pertandingan Malam pertama tanggal 14 Juni 1958: Single : Ferry Sonneville Vs Eddy Chong (15-12, 15-4) Tan Joe Hok Vs The Kew san (18-14, 15-3) Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Johny Heah/Lim Say Hup (7-15, 15-5, 18-15) Ferry Sonnevile/Tan Joe Hok Vs Oei Teik Hock/Eddy Chomg (15-18, 5-15 ) Pada tanggal 15 juni 1958 Tan Joe Hok membuka malam pertandingan challenge round yang kedua dengan keunggulan 3-1. Pada awal set pertama Eddy Chong tunggal pertama Malaya seakan mampu menggagalkan kemenangan Indonesia. Permainannya sebagai juara dunia seakan telah kembali, permainanya telah menyulitkan Tan Joe Hok. Tetapi perlawanan Eddy chong hanya sampai pada poin 11 saja pada set pertama pertandingan pembuka itu. Hasil pertandingan Malam Kedua, tanggal 15 juni 1958 Single : Tan Joe Hok Vs Eddy Chong (15-11, 15-6) Ferry Sonnevile Vs the Kew san (13-15, 15-13, 18-16) Eddy Jusuf Vs Abdullah Piruz (6- 15, 15-10, 15-8) Doubles : Njoo Kiem Bie/Tan King Gwan Vs Oei Teik Hock/Eddy Chong (15-13, 9-15, retired) Ferry Sonneviile/tan Joe Hok Vs Johny heah/Say Hup (1-15, 1-15) Pada partai ganda pertama di set ke tiga Njoo Kiem Bie tidak dapat melanjutkan pertandingan karena cidera pada otot pundaknya, sehinnga harus mengundurkan diri. Indonesia telah memenangkan pertandingan Challenge round atas juara bertahan malaya, dengan skor 6-3, dan pada malam itu juga kapten tim Indonesia Rameli Rikin, dengan bangga menerima piala Thomas Cup dari tangan Sir William Goode, Gubernur Singapura, sebelum itu lagu kebangsaan Indonesia raya dikumandangkan oleh suatu orkes tentara Inggris. Heah Joe Seang (ketua BAM), D.L. Bloomer, wakil ketua IBF memberikan kata sambutan pendek dan mengucapkan selamat atas suksesnya Indonesia, Bloomer memberikannya juga atas nama Sir George Thomas yang karena alasan kesehatan tidak dapat menghadiri dan menyaksikan interzone dan Challenge zone seperti sebelumnya. SETELAH INDONESIA BERHASIL MEREBUT THOMAS CUP DI SINGAPURA Betapa angkuhnya sikap wartawan-wartawan Singapura dan Malaya terhadap regu Indolnesia sebelum babak interzone dimulai, setelah Indonesia menundukan favorit denmark dan Muangthai, bahkan pada saat menjelang babak Challenge round mereka masih beranggapan bahwa Indonesia belum sampai pada tingkat bulutangkis juara bertahan Malaya. Namun, setelah Indonesia berhasil merebut piala Thomas dari tangan Malaya, maka para wartawan tersebut tidak ragu untuk memberi salut kepada pahlawan Indonesia, memuji keunggulan dan supremasinya sesuai keadaan yang sebenarnya. Ferry Sonneville disebut sebagai pahlawan kemenangan Indonesia. Pertarungan sengitnya melawan the kew san disebut sebagai puncak dari semua pertandingan Thomas Cup di Singapura. Tan Joe Hok diibaratkan sebagai seorang manusia besi, seorang pemain yang memiliki persistency, accuracy, patience (ketekunan ketelitian dan kesabaran), dan dimata wartawan lain, Tan Joe Hok adalah unyelding, unrufflet, dan underfeated (pantang menyerah, tak terkoyakan dan tak terkalahkan). Seorang pemain dengan “poker face” yang bermain seperti manusia robot, satu-satunya sifat kemanusiaannya adalah mengusap-usap rambutnya yang pendek setiap mendapat poin. Nyoo Kiem Bie Tan King Gwan adalah kombinasi yang kuat, permainan defensifnya adalah “super” luar biasa baiknya, terlalu kokoh untuk lawan yang ingin menggempur dengan Smash-smahhnya. Eddy Chong kapten regu Malaya, yang dua kali berturut-turut tidak berdaya di tangan Ferry maupun Joe Hok, tampak hancur semangantnya setelah piala Thomas berpindah tangan, namun secara sportif ia menyatakan ketika ditanya oleh wartawan “ regu kita baik, tetapi pemain-pemain Indonesia memang lebih baik”. Pada malam pesta makan untuk Tim Thomas Cup di Cathay Restaurant ketua BAM, heah Joo Seang, yang dua pekan sebelum Challenge round sudah memesan empat botol sampanye untuk dibuka pada malam pesta kemenangan regu malaya, tidak segan memasukan kecaman-kecaman pedas dan tajam pada pemainnya yang gagal ke dalam pidato sambutannya. Sampai-sampai Eddy Chong yang merasa tersinggung tanpa terkendali lagi menangis tersedu-sedu. TIBA DI TANAH AIR Sebuah panitia khusus yang terdiri dari wakil-wakil berbagai instansi dan jawatan ibukota yang diketuai oleh Abdulwahab Djojohadikusumo menyambut kedatangan pahlawan Thomas Cup di bandara kemayoran. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia sebuah tim olah raga karena prestasi yang dicapainya mendapat penghormatan secara nasional. Di gelanggang Thomas Cup di Singapura mereka tabah dalam menghadapi musuh-musuh yang lebih diunggulkan. Di Kemayoran di hadapan rakyat banyak yang terus mengelu-elukannya, didepan masyarakat ibukota yang datang memberikan sambutan luar biasa, pemain kita tampak tak sanggup menahan keharuannya. Pada saat lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan, air mata bercucuran membasahi pipi setiap pemain. Sepanjang jalan dari kemayoran menuju istana merdeka puluhan ribu rakyat berkerumun mengelu-elukan para pahlawan Thomas Cup, yang dikawal oleh polisi lalu lintas. Di istana merdeka mereka diterima dan mendapat wejangan dari presiden Soekarno. Penyambutan atas Ferry Sonneville, tan Joe Hok, dkk berlangsung sampai beberapa hari di ibukota, Bandung dan Surabaya.

Sejarah Asal Awal Berdiri Klub Persija Jakarta


Sejarah Asal Awal Berdiri Klub Persija Jakarta


Sejarah Asal Awal Berdiri Klub Persija Jakarta - Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta. Persija saat ini berlaga di indonesia super liga.Didirikan pada 28 November 1928. Nama awalnya adalah bernama Voetbalbond Indonesish Jakarta (VIJ). Persija dikelola dibawa Pemrpov DKI Jakarta. Kini Persija menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno sebagai stadion kandangnya, dulu menggunakan Stadion Lebak Bulus.

Sejarah Asal Awal Berdiri Klub Persija JakartaDimasa kompetisi/liga Perserikatan Persija menorehkan prestasi cemerlang dengan menjuarai Perserikatan sebanyak 9 Kali, 4 kali diantaranya ketika bernama VIJ. Adapun seiring perubahan format Liga Indonesia, prestasi terbaik Persija adalah Juara Liga Indonesia pada tahun 2001. Adapun di tingkat internasional Persija menjadi Juara Piala Sultan Brunei Darussalam tahun 2000.

Sebagai tim ibu kota Persija kerap memiliki banyak pemain bintang dan pelatih ternama untuk kategori Indonesia, namun prestasi Persija sejak terakhir menjadi Juara pada tahun 2001 tidak sebaik saat kompetisi Perserikatan.

PRESTASI
DI PERSERIKATAN
* Tahun 1931, Juara Perserikatan, sebagai VIJ Jakarta (1)
* Tahun 1933, Juara Perserikatan, sebagai VIJ Jakarta (2)
* Tahun 1934, Juara Perserikatan, sebagai VIJ Jakarta (3)
* Tahun 1938, Juara Perserikatan, sebagai VIJ Jakarta (4)
* Tahun 1964, Juara Perserikatan (5)
* Tahun 1973, Juara Perserikatan (6)
* Tahun 1975, Juara Perserikatan, bersama dengan PSMS Medan (7)
* Tahun 1977, Juara Perserikatan (8)
* Tahun 1979, Juara Perserikatan (9)
* Tahun 1990, Peringkat Ke-10 Perserikatan

Di LIGA INDONESIA
* Tahun 1994, Peringkat Ke-18 Divisi Utama Wilayah Barat
* Tahun 1995, Peringkat Ke-13 Divisi Utama Wilayah Barat
* Tahun 1996, Peringkat 11 Wilayah Barat
* Tahun 1998, Semifinalis
* Tahun 1999, Semifinalis
* Tahun 2001, Juara Liga Indonesia
* Tahun 2002, 8 Besar Liga Bank Mandiri
* Tahun 2003, Peringkat 8 Liga Bank Mandiri
* Tahun 2004, Peringkat 3 Liga Bank Mandiri
* Tahun 2005, Runner-Up Liga Indonesia
* Tahun 2006, Liga Indonesia 8 Besar

Di LIGA SUPER INDONESIA
* Tahun 2010, Peringkat 5 Liga Super Indonesia
* Tahun 2010, Klasemen Sementara (tanggal 22 Oktober 2010) ke 3

Di PIALA INDONESIA
* Tahun 2005, Runner-Up Copa Indonesia
* Tahun 2006, Copa Indonesia Juara 3
* Tahun 2007, Copa Indonesia Juara 3

Di Internasional
Tahun 2000, Juara Piala Sultan Brunei Darussalam

DAFTAR PELATIH PERSIJA JAKARTA
* Dari Indonesia Endang Witarsa
* Dari Indonesia Herry Kiswanto
* Dari Bulgaria Ivan Venkov Kolev
* Dari Argentina Garcia Carlos Cambon
* Dari Indonesia Ronny Pattinasarani
* Dari Indonesia Rahmad Darmawan
* Dari Moldova Serghei Dubrovin
* Dari Indonesia Sofyan Hadi
* Dari Indonesia Benny Dollo
* Dari Indonesia Rahmad Darmawan

Persija Jakarta Mempunyai Julukan "MACAN KEMAYORAN" dan Mempunyai pendukung fanatik yang menamakan diri THE JAKMANIA, Persija Jakarta dahulu menempati Stadion Lebak Bulus, namun karena Tidak masuk kategori yang diharuskan, Persija akhirnya menempati Stadion Gelora Bung Karno.

sang KAPTEN TIMNAS U19

 Jalan yang harus dilalui kapten timnas Indonesia U-19, Evan Dimas, untuk menjadi pesepakbola sangat berliku. Lantaran kondisi perekonomian keluarganya yang pas-pasan, maka untuk membeli sepatu bola saja Evan Dimas hanya bisa menahan rasa iri.

Evan Dimas berasal dari keluarga yang bisa dikatakan kurang mampu. Ayahnya, Condro Darmono, hanya seorang petugas keamanan. Sedangkan ibunya, Ana, pernah menjadi seorang asisten rumah tangga dan sekarang menganggur.Sebagai anak pertama, Evan memiliki tiga orang adik, dua di antaranya masih duduk di sekolah dasar. Sedangkan yang bungsu belum mencapai usia wajib sekolah. Namun dalam himpitan ekonomi, kedua orangtuanya tetap memberikan dukungan yang maksimal agar putra sulungnya bisa terus bermain sepak bola.“Pernah ketika itu saya mau latihan, ibu saya pinjam sepeda motor sama orang, lalu diledek, ‘Makanya beli sepeda motor. Lalu ada orang kampung saya yang membela, ‘Jangan begitu. Semua ingin beli sepeda motor kalau punya (uang),” cerita Evan kepada Tribunnews.com.Perkataan tersebut membuat Ana menangis dan Evan pun tidak tega melihat air matanya ibunya. Ana juga kerap menangis setiap kali melihat teman-teman Evan berangkat berlatih dengan mengendarai sepeda motor, namun kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinan untuk membeli sepeda motor. Evan pun hanya bisa terdiam dan tidak bisa meminta dibelikan.Lainnya, terkadang, untuk membeli kaus kaki saja Evan sampai berpikir ulang bagaimana cara meminta kepada Ana. Sang ibu bahkan sampai berpatungan dengan saudara-saudaranya untuk membelikan Evan sepasang sepatu sepak bola.“Sepatu sepak bola pertama saya mereknya Diadora, harganya Rp 15.000. Saya ingat dulu sepatu saya terlalu besar sehingga harus saya masukkan kain agar bisa pas. Umur sepatu itu tidak lama, kira-kira 3 minggu karena sepatunya sangat murah sehingga cepat rusak,” ungkap pemuda kelahiran 13 Maret 1995 tersebut.“Terkadang saya iri lihat orang-orang yang bisa membeli sepatu baru untuk anaknya. Saya hanya berpikir kapan bisa membeli sepatu seperti itu, sedangkan ibu hanya jadi pembantu dan kadang berjualan kacang keliling kampung,” sambung Evan.

JASMERAH

Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat "Jasmerah" adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan olehSoekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.
Menurut A. H. Nasution, Jasmerah adalah judul yang diberikan oleh Kesatuan Aksi terhadap pidato Presiden, bukan judul yang diberikan Bung Karno. Presiden memberi judul pidato itu dengan Karno mempertahankan garis politiknya yang berlaku "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah". Dalam pidato itu Presiden menyebutkan antara lain bahwa kita menghadapi tahun yang gawat, perang saudara, dan seterusnya. Disebutkan pula bahwa MPRS belumlah berposisi sebagai MPR menurut UUD 1945. Posisi MPRS sebenarnya nanti setelah MPR hasil pemilu terbentuk.